Pages

Selasa, 07 Desember 2010

Profil Lengkap Susilo Bambang Yudhoyono

Biodata Susilo Bambang Yudhoyono

Nama  : Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono
Lahir  : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949
Alamat  : Jl. Alternatif Cibubur Puri Cikeas Indah No. 2 Desa Nagrag Kec. Gunung Putri Bogor-16967
Agama  : Islam
Istri  : Kristiani Herawati, putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo
Anak  : Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono

Pangkat terakhir :

Jenderal TNI, 25 September 2000, Pensiun 10 November 2000

Pendidikan:

  • Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
  • American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
  • Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
  • Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
  • On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
  • Jungle Warfare School, Panama, 1983
  • Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
  • Kursus Komando Batalyon, 1985
  • Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
  • Command and General Staff College, Fort Leavenwort,Kansas, AS
  • Master of Art (MA) dari Management Webster Univiersity, Missouri, AS
  • Doctorate (Dr) Institut Pertanian Bogor, Indonesia, 2004

Karier:

  • Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
  • Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
  • Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
  • Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
  • Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
  • Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
  • Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
  • Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
  • Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
  • Dosen Seskoad (1989-1992)
  • Komandan Brigade Infantry 17, kujang I, Kostrad (1993)
  • Assisten Operasi Kodam Jaya (1994)
  • Komandan Korem Pamungkas 072, Yogyakarta(1994-1995)
  • Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
  • Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (November 1995-November 1996)
  • Kepala Staff Kodam Jaya (Maret 1996-Agustus 1996)
  • Pangdam II/Sriwijaya (23 Agustus 1996-26 Agustus 1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda
  • Kepala Staff Sosial Politik (Kasospol) ABRI (16 Februari 1998-Nopember 1998)
  • Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
  • Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
  • Mentamben , Kabinet Abdurrahman Wahid ( 26 Oktober 1999-26 Agustus 2000)
  • Menko Polsoskam, Kabinet Persatuan Nasional
  • Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri) 10 Agustus 2001 dan mengundurkan diri 11 Maret 2004
  • Presiden Republik Indonesia (2004 - sekarang)

Penugasan:

Operasi Timor Timur (1979-1980), dan 1986-1988

Penghargaan:

  • Lencana Adi mahakarya dari Presiden Republik Indonesi sebagai Lulusan Terabaik AKABRI Adi Makayasa (1973)
  • Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
  • Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003.

Profil Lengkap

Jenderal (TNI) Susilo Bambang Yudhoyono adalah mantan pensiunan jenderal militer Indonesia dan Presiden Indonesia ke-6 yang terpilih dalam pemilihan umum secara langsung oleh rakyat pertama kali. SBY yang dipanggil Sus oleh orang tuanya dan populer dengan panggilan SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949. Melalui amandemen UUD 1945 yang memungkinkan presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, ia kemudian terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia pertama pilihan rakyat. Ia menjadi presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000.
Keunggulan suaranya dari Presiden sebelumnya, Megawati Soekarnoputri pada pemilu 2004 membuatnya terpilih sebagai kepala negara Indonesia. Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herawati yang merupakan anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.

Latar Belakang dan Keluarga Yudhoyono

Ia lahir di Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari anak pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1979) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1982).
Agus adalah lulusan SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan wakil presiden Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat

Masa Sekolah Dasar Hingga Masuk AKABRI

Kendati anak tunggal, SBY hidup dengan prihatin dan kerja keras. Saat di Sekolah Rakyat Gajahmada Desa Purwosari Kecamatan Kebonagung (sekarang SDN Baleharjo I), SBY tinggal bersama pamannya, Sasto Suyitno, ketika itu Lurah desa Ploso, Pacitan. Prestasi SBY saat SR sudah menonjol dan mulai menunjukkan sifat seorang pemimpin dan pemaaf. Saat bertugas sebagai Komandan Peleton SR Gajahmada, ia meraih juara pertama lomba gerak jalan antar SR tingkat Kabupaten Pacitan. Pada Juli 1962 SBY lulus dari SR dengan nilai terbaik.
Tekad SBY untuk menjadi prajurit mengental saat kelas V SR (1961) dan berkunjung ke AMN di kampus Lembah Tidar Magelang. "Saya tertarik dengan kegagahan sosok-sosok taruna AMN yang berjalan dan berbaris dengan tegap waktu itu. Ketika rombongan wisata singgah ke Yogyakarta, saya sempatkan membeli pedang, karena dalam bayangan saya, tentara itu membawa pedang dan senjata," kenang SBY.
Setamat Sekolah Rakyat, SBY masuk SMP Negeri Pacitan yang merupakan idola bagi anak-anak kota 1001 goa tersebut. Di sini SBY terlibat dalam pelbagai kegiatan intra dan ekstra sekolah seperti masak-memasak, kelompok belajar, musik, hingga olahraga khususnya bola voli dan tenis meja.
SBY juga aktif di Pijar Sena, sebuah kompi pelajar serbaguna. Kompi ini pernah bertugas mendata penduduk desa Pager Lot dalam rangka mencari pelarian anggota partai Komunis Indonesia (PKI). Di bidang seni budaya SBY juga belajar lukis dan teater di sanggar seni Dahlia Pacitan pimpinan Gondrong Suparman. Dia juga melahirkan ide membuat majalah dinding dimana dia menjadi editor, menulis artikel seputar sekolah, puisi hingga menulis cerpen.
Setamat SMP, SBY masuk di SMA Negeri Pacitan yang biasa disebut sebagai SMA 271. Di sini SBY tak hanya menonjol pada pelajaran semata, tetapi juga di bidang-bidang lain. Dia tetap rendah hati dan mau berbagi pengetahuan kepada teman. Ia kerap kali tampil mengajar matematika ketika guru yang bersangkutan berhalangan hadir.
Di SMA ini bakat seni SBY semakin berkilau. Ia piawai dalam bermain musik sehingga didaulat menjadi pemain bass gitar band sekolah. Di sini SBY juga meneruskan hobi olahraga kegemarannya, bermain bola voli. Benih-benih sebagai pemimpin berbakat mulai bersemi dalam jiwanya. Akhirnya SBY dinyatakan lulus dari bangku SMA tahun 1968.
SBY sangat berminat masuk militer. Sayangnya karena kesalahan informasi dia terlambat mendaftarkan diri. Untuk menunggu pendafataran berikutnya, SBY sempat mengikuti pendidikan di Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), walau hanya sampai tahap orientasi kampus karena dia lebih tertarik untuk masuk ke Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PG-SLP) di Malang, Jawa Timur.
Di Malang ini, SBY mempersiapkan fisik, mental, dan intelektualnya untuk mengikuti ujian penyaringan AKABRI tingkat daerah di Jawa Timur, dan tingkat pusat di Bandung. Menjelang akhir tahun 1969 SBY mendaftar AKABRI di Malang. Berhasil lulus dan melanjutkan tes ke Bandung. Setelah lulus juga dari tes di Bandung ia dikirim ke Magelang untuk mengikuti pendidikan militer mulai awal tahun 1970.
Di AKABRI Magelang, SBY semakin aktif berkegiatan. Ia bergabung dengan drumband AKABRI Darat Cantalokananta sejak tingkat satu. Pada hari libur ia tetap sibuk belajar dan membaca sehingga dijuluki teman-temannya sebagai kutu buku. Sejumlah buku militer dan biografi para tokoh militer asing dilahapnya. Hal ini didukung pula karena sejak SMP, SBY sudah fasih berbahasa Inggris.
Di tahun kedua, saat berpangkat Sersan Taruna, SBY memperoleh "wildcard? yaitu bebas memilih kecabangan karena berprestasi baik 10 besar. SBY memilih kecabangan korps infanteri dan terpilih menjadi Komandan Divisi Korps Taruna membawahi 3.000 taruna Akademi Militer selama satu setengah tahun. Selama 4 tahun di AKABRI SBY menerima berbagai penghargaan di bidang kepribadian, intelektual, hingga fisik. Ia meraih rekor 7 bintang penghargaan yang tak pernah diraih taruna mana pun.
SBY lulus pada 11 Desember 1973, dan berhasil menjadi lulusan terbaik di antara 987 taruna lulusan seangkatannya. SBY lulus dengan penghargaan Bintang Adhi Makayasa yang setara dengan summa cum laude yang berarti yang terbaik seangkatannya mulai dari hal kepribadian, fisik, mental dan akademis.

Dari Pacitan Ke Istana Kepresidenan

SBY lahir di lingkungan Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R Soekotjo dan Siti Habibah. Ayahnya R Soekotjo adalah seorang Bintara Angkatan Darat, sementara ibunya, Siti Habibah, putri salah seorang pendiri pondok pesantren Tremas.
R. Soektotjo memberi nama Susilo Bambang Yudhoyono karena penuh makna. Susilo berarti orang yang santun dan penuh kesusilaan. Bambang artinya ksatria. Yudho bermakna perang dan Yono berarti kemenangan. Jadi Susilo Bambang Yudhoyono berarti seorang yang santun, penuh kesusilaan, ksatria dan berhasil memenangkan setiap peperangan.
SBY meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jendral TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad di mana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.
Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Commander of United Nations Military Observers dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996.
Setelah mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, beliau mengalami percepatan masa pensiun maju 5 tahun ketika menjabat Menteri di tahun 2000. Atas pengabdiannya, beliau menerima 24 tanda kehormatan dan bintang jasa, diantaranya Satya Lencana PBB UNPKF, Bintang Dharma dan Bintang Maha Putra Adipurna. Atas jasa-jasanya yang melebihi panggilan tugas, beliau menerima bintang jasa tertinggi di Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna.
Sebelum dipilih rakyat dalam pemilihan presiden langsung, SBY melaksanakan banyak tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan pada Kabinet Persatuan Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau juga bertugas sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada saat bertugas sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia internasional karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme.
SBY juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.
SBY adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan, sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur fasih bahasa Inggris.
Dia juga seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik.
SBY adalah seorang Muslim yang taat. Beliau menikah dengan Ibu Ani Herrawati dan mereka dikaruniai dengan dua anak lelaki. Pertama adalah Kapten Inf Agus Harimurti Yudhoyono MSc, lulusan terbaik Akademi Militer tahun 2000 yang sekarang bertugas di satuan elit Batalyon Lintas Udara 305 Kostrad. Putra kedua, Edhie Baskoro Yudhoyono MSc, mendapat gelar bidang Ekonomi dari Curtin University, Australia.

Karier Politik

Tampil sebagai juru bicara Fraksi ABRI menjelang Sidang Umum MPR 1998 yang dilaksanakan pada 9 Maret 1998 dan Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998. Pada 29 Oktober 1999, ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di pemerintahan pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Setahun kemudian, tepatnya 26 Oktober 1999, ia dilantik sebagai Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) sebagai konsekuensi penyusunan kembali kabinet Abdurrahman Wahid.
Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pimpinan pemerintahan. Saat itu, Menko Polsoskam sebagai pemegang mandat menerjemahkan situasi politik darurat tidak sama dengan keadaan darurat sebagaimana yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1959.
Belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau lima hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR. Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden tidak pernah diterimanya.
Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004. Berdirinya Partai Demokrat pada 9 September 2002 menguatkan namanya untuk mencapai kerier politik puncak. Ketika Partai Demokrat dideklarasikan pada 17 Oktober 2002, namanya dicalonkan menjadi presiden dalam pemilu presiden 2004.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam dan sejalan dengan masa kampanye pemilu legislatif 2004, ia secara resmi berada dalam koridor Partai Demokrat. Keberadaannya dalam Partai Demokrat menuai sukses dalam pemilu legislatif dengan meraih 7,45 persen suara. Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla

Masa Kepresidenan

MPR periode 1999-2004 mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945 sehingga memungkinkan presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu presiden dua tahap kemudian dimenanginya dengan 60,9 persen suara pemilih dan terpilih sebagai presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih pertama pilihan rakyat dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober 2004 bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia unggul dari pasangan Presiden Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada pemilu 2004.
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan rakyat.
Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat.
Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP3R, sebuah lembaga kepresidenan yang diketuai oleh Marsilam Simandjuntak pada 26 Oktober 2006. Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat tentangan dari Partai Golkar seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP3R untuk memangkas kewenangan Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam sebuah keterangan pers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll