Pages

Jumat, 24 Mei 2013

MORFOLOGI BUNGA


BUNGA (FLOS)


Akar, batang, daun serta bagian-bagian tumbuhan lainnya merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan (untuk penyerapan makanan, pengolahan bahan-bahan yang diserap menjadi bahan-bahan yang bdigunakan oleh tumbuhan untuk keperluan hidupnya : bernafas, pertumbuhan dan lain-lain) tumbuhan itu sendiri selama pertumbuhannya, oleh sebab itu alat-alat tersebut sering kali dinamakan pula alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetatif.
Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya olehnya telah dihasilkan suatu alat, yang nanti akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Alat-alat yang demikian dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan dalam  dua golongan : yang bersifat vegetatif dan yang generatif.

Alat perkembangbiakan generatif itu bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Oleh sebab itu suatu tumbuhan berbiji, jika sudah tiba waktu baginya akan mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa-peristiwa yang disebut : persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan meghasilkan bagian tumbuhan yang kita sebut buah, yang didalamnya terkandung biji, dan biji inilah yang nanti akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Dapatlah dimengerti sekarang, bahwa bunga merupakan suatu bagian tumbuhan yang amat penting.
Seperti telah berulang kali diketengahkan, bagian pokok tubuh tumbuhan hanya ada tiga macam, yaitu akar, batang, dan daun dan setiap bagian lainnya hanya merupakan penjelmaan ketiga bagian pokok tersebut. Jadi bunga sebagai suatu bagian tumbuhan harus pula merupakan suatu penjelmaan salah satu atau kombinasi ketiga bagian pokok tadi, yang memang demikianlah keadaannya.
Dalam uraian mengenai kuncup, telah kita ketahui bahwa ada kuncup yang dapat menjadi bunga yaitu kuncup bunga (alabastrum atau gemma florifera), ada pula yang hanya merupakan cabang baru, ada pula yang menjadi cabang baru dengan bunga.
Jika kita memperhatikan susunan suatu bunga, mudahlah diketahui bahwa bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.
Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga itu biasanya batangnya lalu terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga, sedang daun-daunnya sebagian tetap bersifat seperti daun, hanya bentuk dan warnanya berubah, dan sebagian lagi mengalami metamorphosis menjadi bagian-bagian yang memainkan peranan dalam peristiwa-peristiwa yang akhirnya akan menghasilkan calon individu baru tadi.
Berhubungan dengan terhentinya pertumbuhan batang, maka ruas-ruas menjadi amat pendek, sehingga bagian bunga yang merupakan metamorphosis daunnya tersusun amat rapi satu sama lain, bahkan biasanya bagian-bagian tadi tampaknya seakan-akan tersusun dalam lingkaran-lingkaran. Bertalian dengan letak dan susunan bagian-bagiannya bunga ini dibedakan atas :
a.       Bunga yang bagian-bagiannya tersusun menurut garis spiral (acyclis), misalnya bunga cempaka (Michelia champaka L.)
b.      Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaran-lingkaran (cyclis), misalnya : bunga terong (Solanum melongena L.), bakung (Hymenocallis littoralis Salisb.)
c.       Bunga yang sebagian bagian-bagiannya duduk dalam lingkaran, dan sebagian lain terpencar atau menurut garis spiral (hemicyclis), misalnya bunga sirsak (Annona muricana L.)
Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya dari suatu bunga sifat-sifat yang amat menarik ialah :
-          Bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya,
-          Warnanya,
-          Baunya,
-          Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.
Demikian karakteristik dan sifat-sifat tersebut untuk setiap jenis atau golongan tumbuhan, oleh karenanya sifat-sifat bunga tersebut menjadi tanda pengenal tumbuhan yang paling utama.

Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan
Ada kalanya pada suatu tumbuhan hanya terdapat satu bunga saja, misalnya pada tumbuhan coklat (Zephyranthus rosea Lindl.), tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya mampu menghasilkan satu bunga saja disebut tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), dan jika tumbuhan tersebut dapat menghasilkan banyak bunga dinamakan tumbuhan berbunga banyak  (planta multiflora).
Menurut tempat tumbuhnya bunga pada tumbuhan, dapat dibedakan menjadi :
a.       Bunga pada ujung batang (flos terminalis), misalnya pada bunga coklat atau pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz).
b.      Bunga pada ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan kembang telang (Clitoria ternatea L.).
Jika tanaman tersebut menghasilkan bunga dalam jumlah besar, maka letaknya pada batang atau tangkai dapat dibedakan menjadi :
a.       Terpencar atau terpisah-pisah (flores sparsi), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
b.      Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pula bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia), misalnya pada tanaman kembang merak (Caesalpinia fulcerima L. Swart.)


Bunga majemuk (AnthotaxisInflorescentia)
Yaitu terdapat dua bunga atau lebih pada satu ibu tangkai yang sama.
Pada bunga majemuk lazimnya dapat kita bedakan bagian-bagian berikut :
  1. Bagian-bagian yang bersifat seperti batang atau cabang, yaitu :
a.       Ibu tangkai bunga (Pedunculuspedunculus communis atau rhachis), yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung buga majemuk tadi. Ibu tangkai ini dapat bercabang, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak bercabang.
b.      Tangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya.
c.       Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian-bagian bunga lainnya.
  1. Bagian-bagian yang bersifat seperti daun, yaitu :
a.       Daun-daun pelindung (bractea), yaitu bagian serupa dengan daun yang dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya.
b.      Daun tangkai (bracteole), yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga, pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) biasanya terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang median, sedangkan pada tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledoneae) hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median, dibagian atas bunga.
c.       Seludang bunga (spatha), yaitu daun pelindung yang besar, yang sering kali menyelubungi seluruh bunga majemuk yang belum mekar, misalnya terdapat pada bunga kelapa (Cocos nucifera L.), iles-iles (Amorphophallus variabilis Bl.).
d.      Daun-daun pembalut (bractea involucralis, involucrum), yaitu sejumlah daun-daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran, terdapat misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.).
e.       Kelopak tambahan (epicalyx), yaitu bagian-bagian serupa daun yang berwarna hijau, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat dibawah kelopak, misalnya pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), kapas (Gossypium sp.).
f.       Daun-daun kelopak (sepalae).
g.      Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae).
h.      Daun-daun tenda bunga (tepalae), jika kelopak dan bunga sama bentuk dan warnanya.
i.        Benang-benang sari (stamina).
j.        Daun-daun buah (carpella).

Berdasarkan sifatnya, daun majemuk dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
  1. Bunga majemuk tidak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau inflorescentia centripetala), yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak, dan mempunyai susunnan “acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu tangkai), dan bunga-bunga pada bunga majemuk ini mekar berturut-turut dari bawah ke atas.
  2. Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentia centrifuga atau inflorescentia definita), yaitu bunga majmeuk yang ujung ibu tangkainya selalu ditutup dengan suatu bunga, jadi ibu tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Berdasarkan jumlah cabangnya, bunga majemuk berbatas dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Bersifat ”monochasial” jika ibu tangkai hanya memiliki satu cabang. Ditemukan pada tumbuhan berbiji tunggal misalnya kapas (Gossypium sp.)
2.      Bersifat “dichasial” jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang berhadapan misalnya pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae).
3.      Bersifat “pleiochasial” jika dari ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang, misalnya pada bunga oleander (Nerium oleander L.)
  1. Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga majemuk yang memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk yang berbatas maupun yang tak berbatas.

Berikut adalah ikhtisar berbagai ragam bunga majemuk :
a.       Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau inflorescentia centripetala)
Digolongkan lagi mejadi dua macam :
       I.            Ibu tangkainya tidak bercabang-cabang atau bunga terdapat pada ibu tangkai.
1.      Tandan (racemus atau botrys), jika bunga bertangkai nyata, duduk pada ibu tangkainya. Dan ada juga yang ibu tangkainya bercabang dengan masing cabang mendukung satu bunga misalnya bunga merak (Caesalpinia pulcherima Swartz.).
2.      Bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga tidak bertangkai,  misalnya bunga jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl.)
3.      Untai atau bunga lada (amentum), seperti bulir tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga yang berkelamin tunggal, dan runtuh seluruhnya, terdapat pada sirih (Piper betle L.)
4.      Tongkol (spadix), seperti bulir tetapi ibu tangkai besar, tebal dan sering kali berdaging, misalnya pada iles-iles (Amorphophallus variabilis Bl.), jagung (Zea mays L.), tetapi hanya bunga yang betina.
5.      Bunga payung (umbella), yaitu yang dari ujung ibu tangkainya mengeluarkan cabang-cabang yang sama panjangnya dengan satu daun pelindung pada pangkalnya. Terdapat pada tumbuhan suku Umbelliferae, misalnya : daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.) contohnya pada wortel (Daucus carota L.).
6.      Bunga cawan (corymbus atau anthodium), yaitu yang ibu tangkainya melebar dan merata sehingga seperti cawan dan pada bagia itulah tersusun bunga-bunganya yang pada pangkalnya terdapat daun pembalut (involucrum) misalnya bunga matahari (Helianthus annuus L.). Terbagi atas dua macam, yaitu bunga pita yang merupakan bunga mandul yang terdapat disepanjang tepi cawan dan bunga tabung yang terdapat diatas cawannya sendiri dengan bentuk tabung.
7.      Bunga bongkol (capitulum), seperti bunga cawan tetapi tidak memiliki daun-daun pembalut dan ujung ibu tangkainya membengkak sehingga berbentuk seperti bola. Umumnya terdapat pada tumbuhan suku Mimosaceae misalnya lamtoro (Leucaena glauca Benth.).
8.      Bunga periuk (hypanthodium), terbagi atas dua bentuk :
-          Ujung ibu tangkai menebal, berdaging, mempunyai bentuk seperti gada, sedang bunga-bunganya meliputi seluruh bagian yang menebal tadi, sehingga berbentuk bulat atau silinder dan tidak berdaun pembalut. Misalnya pada keluwih (Artocarpus communis Forst.)
-          Ujung ibu tangkai menebal berdaging, membentuk badan yang menyerupai periuk, sehingga bunga-bunga yang semestinya terletak padanya lalu terdapat didalam periuk tadi dan sama sekali tak tampak dari luar, misalnya pada lo (Ficus glomerata Roxb.)

    II.            Ibu tangkai bercabang, dan cabang-cabangnya dapat bercabang lagi.
Digolongkan lagi sebagai berikut :
1.      Malai (panicula), ibu tangkainya mengadakan percabangan secara monopodial, demikian pula cabang—cabangnya, misalnya bunga mangga (Mangifera indica L.)
2.      Malai rata (corymbus ramosus), ibu tangkai mengadakan percabangan secara merata seperti bidang datar, misalnya bunga soka (Ixora grandiflora Zoll. et Mor.)
3.      Bunga payung majemuk (umbella composite), yaitu suatu bunga payung yang tersusun dan terdapat daun pembalut, misalnya pada adas (Foeniculum vulgare Mill.)
4.      Bunga tongkol majemuk, yaitu bunga tongkol yang ibu tangkainya bercabang-cabang dan masing-masing cabang merupakan bagian dengan susunan seperti tongkol pula, misalnya bunga kelapa (Cocos nucifera L.) dan palma (Palmae) umumnya.
5.      Bulir majemuk, jika ibu tangkai bunga bercabang-cabang yang mendukung bunga-bunga dengan susunan seperti bulir, misalnya bunga jantan pada jagung (Zea mays L.)

b.      Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa, inflorescentia centrifuga atau inflorescentia definita),
1.      Anak payung menggarpu (dichasium), yaitu satu bunga pada ujung ibu tangkai, dibawahnya ada dua cabang sama panjang yang setiap ujungnya ada satu bunga. Bunga yang mekar hanya yang diujung ibu tangkai, misalnya melati (Jasminum sambac Ait.)
2.      Bunga tangga atau bercabang seling (cincinnus), yaitu ibu tangkainya melakukan percabangan berseling bergantian ke kiri dan ke kanan, misalnya buntut tikus (Heliotropium indicum L.)
3.      Bunga sekerup (bostryx), ibu tangkai membentuk satu cabang dengan sudut siku-siku sehingga seperti spiral atau sekerup, misalnya kenari (Canarium commune L.)
4.      Bunga sabit (drepanium), seperti bunga sekerup tetapi semua percabangan terletak pada satu bidang, hingga bunga seluruhnya menampakkan bentuk seperti sabit, terdapat pada tumbuhan suku Juncaceae.
5.      Bunga kipas (rhipidium), seperti bunga bercabang seling, terletak pada satu bidang dan cabang tidak sama panjang. Sehingga bunga terdapat pada tempat yang sama tingginya, terdapat pada tumbuhan suku Iridaceae.

c.       Bunga majemuk (inflorescentia mixta)
Yaitu bunga majemuk yang merupakan campuran dari sifat-sifat bunga majemuk berbatas dan tak berbatas, misalnya bunga soka (Ixora paludosa Kurz.)



d.      Lain-lain tipe bunga
1.      Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster), ibu tangkainya berbuku-buku yang terdapat sejumlah bunga bersusun berkarang melingkarinya, misalnya tumbuhan suku Labiatae umumnya.
2.      Lembing (anthela), cabang ibu tangkai di bawah lebih panjang dari yang diatas, terdapat pada Juncus dan Luzula.
3.      Tukal (glomerulus), terdiri atas bunga-bunga kecil tanpa tangkai yang tersusun rapat, misalnya pada rami (Boehmeria nivea Gaud.)
4.      Berkas (fasciculus), ibu tangkainya pendek, misalnya pada jadam (Rhoeo discolor Hance).

Bagian-bagian bunga
a.       Tangkai (pedicellus), yang bersifat batang.
b.      Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang sering kali melebar.
c.       Hiasan bunga (perianthium), yaitu kelopak (kalyx) dan tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla).
d.      Alat-alat kelamin jantan (androecium), yaitu sejumlah benang sari (stamen).
e.       Alat-alat kelamin betina (gynaecium), yaitu putik (pistillum).

Berdasarkan bagian-bagiannya, bunga dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completusl), jika satu bunga terdiri atas kelopak, mahkota bunga, benang sari dan putik. Tetrasiklik, jika tersusun 4 lingkaran dan pentasiklik jika tersusun dalam 5 lingkaran.
2.      Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletus), jika salah satu bagian dari bunga lengkap tidak ada.

Kelamin bunga
Berdasarkan alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, orang membedakan :
a.       Bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), yaitu bunga yang memiliki benang sari dan putik, misalnya bunga terung (Solanum melongena L.)
b.      Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua alat kelaminnya. Bunga ini terbagi atas bunga jantan (flos masculus), bunga betina (flos femineus) dan bunga mandul atau tidak berkelamin misalnya bunga matahari (Helianthus annuus L.)

Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, orang membedakan tumbuhan yang :
a.       Berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu, misalnya jagung (Zea mays L.).
b.      Berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan betina terpisah tempatnya, misalnya salak (Zalacca edulis Reinw.).
c.       Poligam (polygamus), jika pada satu tumbuhan terdapat bunnga jantan, bunga betina dan bunga banci, misalnya pepaya (Carica papaya L.).

Pembagian tempat antara bagian bunga yang satu dengan bagian yang lain
-          Terpencar, tersebar atau menurut suatu spiral (acyclic), misalnya bunga cempaka (Michelia champaca L.).
-          Berkarang, melingkar (cyclic), misalnya bunga terung (Solanum melongena L.).
-          Campuran (hemicyclic), misalnya bunga sirsak (Annona muricata L.).

Letak bagian-bagian bunga pada bunga :
a.       Berseling (alternatio), yaitu jika bagian-bagian suatu lingkaran terletak diantara dua bagian lingkaran dibawahnya atau diatasnya.
b.      Berhadapan atau tumpang tindih (superpositio), jika masing-masing bagian dalam setiap lingkaran berhadapan satu sama lain.


Simetri pada bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tubuh tumbuhan, jika benda tadi oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian yang serupa sehingga kedua bagian itu saling dapat menutupi. Berikut macam-macam simetri pada bunga :
a.       Asimetris atau tidak simetris, jika tidak dapat dibuat satu bidang simetri, misalnya bunga tasbih (Canna hybrida Hort.).
b.      Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja. Simetri ini terbagi lagi, yaitu :
  1. Setangkup tegak, misalnya bunga telang (Clitoria ternatea L.).
  2. Setangkup mendatar, misalnya bunga Corydalis.
  3. Setangkup miring, misalnya bunga kecubung (Datura metel L.)
c.       Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris), dapat pula dikatakan setangkup ganda karena bisa dilakukan dua tangkupan, misalnya bunga lobak (Raphanus sativus L.) dan bunga tumbuhan lain yang se suku (Cruciferae).
d.      Beraturan atau bersimetri banyak (polysimetris, regulasi atau actinomorphus), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri, misalnya lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.)

Letak daun-daun dalam kuncup
Mengenai keadaan daun-daun dalam kuncup itu dapat dibedakan dua hal, yaitu :
a.       Pelipatan daun-daun itu dalam kuncup (vernatio),
b.      Letak daun-daun dalam kuncup terhadap daun-daun lainnya (aestivatio).

Berikut adalah keadaan bagian-bagian bunga, khususnya mengenai kelopak dan mahkotanya, sewaktu bunga masih kuncup :
a.       Pelipatan (vernatio) daun-daun kelopak dan mahkota
Dibedakan atas :
1.      Rata (vernatio plana),
2.      Terlipat kedalam sepanjang ibu tulangnya (terlipat kearah adaxial), (vernatio conduplicana atau vernatio duplicana.),
3.      Terlipat sepanjang tulang-tulang cabang (vernatio plicata),
4.      Terlipat tidak beraturan (vernatio corrugativa),
5.      Tergulung ke dalam menurut poros bujur (vernatio involuta),
6.      Tergulung ke luar menurut poros bujur (vernatio revoluta),
7.      Tergulung ke satu arah menurut poros bujur (vernatio convoluta),
8.      Tergulung ke dalam menurut poros lintang (vernatio circinatim involuta),
9.      Tergulung ke luar menurut poros lintang (vernatio circinatim revoluta),
10.  Terlipat ke bawah dan ke dalam (vernatio inclinata),
11.  Terlipat menurut poros lintang keluar (vernatio reclinata).

b.      Letak daun-daun kelopak dan mahkota terhadap sesamanya (aestivation), diantaranya ialah terbuka (aperta) jika tepi daun kelopak atau mahkota tidak berlekatan, berkatup (valvata), berkatip dengan tepi melipat ke dalam (induplicativa), dan menyirap yaitu yang berpuntir ke satu arah (convolute atau contorta), mengikuti rumus 2/5 (quincuncialis) dan kohlearis (cochlearis).

Dasar bunga
Merupakan bagian paling bawah dari suatu bunga yang diantaranya berbentuk rata, menyerupai kerucut, seperti cawan dan seperti mangkuk.
Berdasarkan sifatnya bunga dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : hipogin (hypogynus) jika hiasan bunga tumbuh lebih rendah dari duduknya putik, perigin (perigynus) jika hiasan bunga tumbuh sama tinggi dengan duduknya putik dan epigin (epigynus) jika hiasan bunga tumbuh lebih tinggi dari duduknya putik.


Kelopak
Merupakan daun hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar yang biasanya berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar dari hiasan bunga yang sebelah dalam.
Pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Malvaceae seperti kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), diluar lingkaran kelopak bunga dari bunganya masih terdapat daun-daun yang menyerupai kelopak yang disebut juga kelopak tambahan (epicalyx).
Kelopak bunga memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu :
a.       Berlekatan (gamosepalus) yang terdiri atas berbagi (partitus), bercangap (fissus) dan berlekuk (lobatus).
b.      Lepas atau bebas (polysepalus), yaitu daun-daun kelopak benar-benar terpisah.

Berdasarkan simetrinya kelopak bunga terbagi atas dua golongan, yaitu beraturan atau aktinomorf (regularis, actinomorphus) dan setangkup tunggal atau zigomorf (zygomorphus).

Tajuk bunga atau mahkota bunga (Corolla)
Tajuk bunga atau mahkota bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat disebelah dalam kelopak yang umumnya lebih besar dan berwarna indah. Mahkota bunga memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu berlekatan (sympetalus, gamopetalus atau monopetalus), lepas atau bebas (choripetalus, dialypetalus atau polypetalus)
Tajuk bunga seperti halnya dengan kelopak mempunyai bentuk yang bermacam-macam, dan berdasarkan simetrinya dapat pula dibedakan, yaitu :
a.       Beraturan (regularis) atau bersimetri banyak (regularis atau actinomorphus) atau juga polisimetris. Tebagi atas bentuk bintang, tabung, terompet,, mangkuk atau buyung, corong dan lonceng.
b.      Setangkup tunggal, bersimetri satu atau monosimetris (zygomorphus). Terdiri atas bertaji, berbibir, seperti kupu-kupu, bertopeng atau berkedok dan berbentuk pita.

Tenda bunga (Perigonium)
Yaitu kelopak dan tajuk bunga sama baik warna ataupun bentuknya. Berdasarkan bentuk dan warnanya tajuk bunga dibedakan menjadi dua golongan, yaitu serupa kelopak (calycinus) jika berwarna hijau seperti daun-daun kelopak dan serupa tajuk (corollinus) jika warnanya bermacam-macam.
Berdasarkan susunan bagian-bagiannya, tenda bunga digolongkan sebagai berikut :
a.       Berlekatan (gamophyllus) misalnya pada  Lilium longiflorum Thunb.
b.      Lepas atau bebas (pleiophyllus) misalnya pada Gloriosa superba L.

Benang sari (Stamen)
Merupakan metamorposis dari daun yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan.
Pada benang sari dapat dibedakan tiga bagian berikut :
1.      Tangkai sari (filamentum) yang berbentuk benang,
2.      Kepala sari (anthera) yang terdapat di ujung tangkai sari,
3.      Penghubung ruang sari (connectivum) yang merupakan lanjutan tangkai sari yang menghubungkan kedua bagian kepala sari yang terdapat di kanan kiri penghubung ini.

Berdasarkan letak duduknya, benang sari digolongkan lagi, yaitu :
1.      Benang sari jelas duduk pada dasar bunga (tumbuhan Thalamiflorae), misalnya pada jeruk (Citrus sp.)
2.      Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak (tumbuhan Calyciflorae), misalnya pada mawar (Rosa hybrid Hort.)
3.      Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga (tumbuhan Corolliflorae), misalnya pada buntut tikus (Heliotropium indicum L.)


Jumlah benang sari dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
  1. Benang sari banyak, yaitu jika dlam suatu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari sperti halnya yang terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae). Contohnya pada tanaman jambu biji (Psidium guajava L.).
  2. Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya. Dalam hal ini benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran, mengenai duduk daunnya pada tajuk terdapat dua kemungkinan yaitu 1. 
    1. Obdiplostemon (obdiplostemonus), jika keadaan benang-benang sari pada lingkaran dalamlah yang dudukya berseling dengan daun-daun tajuknya, misalnya pada tumbuhan geranium (Pelargonium odoratissimum Hort.)
    2. Diplostemon (diplostemonus), yaitu benang-benang sari dalam lingkaran luar duduk berselig dengan daun-daun tajuk, misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherima L.Swartz)
      1. Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, dalam hal ini duduk daun benang sari pada tangkai dibedakan menjadi :
      1. Episepal (episepalus), artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak, dan berseling dengan daun-daun tajuk.
      2. Epipetal (epipetalus), artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk, jadi berseling dengan daun-daun kelopak.
      Benang sari yang terdapat pada suatu bunga, ukurannya dapat sangat bervariasi ada yang panjang dan ada pula yang pendek, bertalian dengan panjangnya benang sari yang terdapat pada suatu bunga, dapat dibedakan menjadi :
      a.       Benang sari panjang dua (didynamus), jika dalam satu bunga terdapat misalnya 4 benang sari, dai diantara 4 benang sari tersebut, dua diantaranya panjang dan dua benang sari yang lain pendek, misalnya benang sari pada bunga kemangi (Ocimum basilicum L.).
      b.      Benang sari panjang empat (tertradynamus), jika dalam satu bunga terdapat 6 benang sari, 4 diantara benang sari tersebut panjang dan dua benag sari sisanya pendek, misalnya benang sari pada bunga lobak (Raphanus sativus L.)
      Umumnya benang sari terpisah dengan bagian putik, namun ada kalanya benang sari berlekatan dengan putik membentuk suatu badan yang dinamakan : ginostemium (gynostemium).

      Tangkai sari (Filamentum)
      Meilhat jumlah berkas yang merupakan perlekatan benang sari, benang sari dapat dibedakan menjadi :
      a.       Benang sari berberkas satu atau benang sari bertukal satu (monadelpus), yaitu jika semua tangkai sari pada suatu bunga berlekatan menjadi satu, berkas yang tengahnya berongga dan hanya bagian ujung tangkai sari yang masih bebas satu-sama lain, dapat dilihat pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
      b.      Benang sari berberkas dua atau benang sari bertukal dua (diadelphus), jika benang sari terbagi menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkasi sari pada masing-masing kelompok tidak selalu sama, benang sarinya tersusun dalam dua berkas (satu berkas 9 benang sari dan satu berkasnya lagi 1 benang sari/tangkai sari), dapat dilihat pada kembang telang (Clitorea ternatea L.).
      c.       Benang sari berberkas banyak atau benang sari bertukal banyak, jika dalam satu bunga terdapat banyak benang sari, tangkai sari tersusun menjadi beberapa kelompok berkas, misalnya pada bunga kapok (Ceiba pentandra Gaernt.).

      Kepala sari (Anthera)
      Adalah bagian dari benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, badan ini bentuknya bermacam-macam : bulat, jorong bulat telur, bangun kerinjal dll. Di dalamnya terdapat dua ruang sari (theca), tetapi ada juga yang satu atau lebih dari 2 ruang. Satu ruang sari biasanya terdiri atas 2 Kantong sari(loculumentum), akan tetapi sekat pembatasnya dapat hilang sehingga hanya terdiri dari satu ruang saja.
      Ruang sari merupakan tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen). Setelag terjadinya persarian (jatugnya serbuk sari ke kepala putik), maka serbuk sari itu akan tumbuh menuju bakal biji, sehingga inti sperma pada serbuk sari dapat melebur dengan sel telur yang terdapat di dalam kandung lembaga, peleburan tersebut dinamakan Pembuahan.
      Serbuk sari merupakan badan yang sangat lembut, jika satu gumpalan terdiri atas 4 serbuk dinamakan pollen tetrade, jika pada satu gumpalan terdapat sejumlah besar serbuk sari disebut Pollinium, misanya pada anggrek.
      Duduknya kepala sari pada tangkai sari dapat dibedakan menjadi :
      1. Tegak (innatus atau basifixus), jika kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan batas yang jelas,  dan kepala sari bersambungan pada pangkalnya dengan tangkai sari dan sambungan ini tidak memberikan kemungkinan gerak bagi kepala sarinya.
      2. Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari, atau kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari.
      3. Bergoyang (versatilis), jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat digerak-gerakkan atau bergoyang, misalnya benang sari suku rumput-rumputan (Graminae)Agar serbuk sari dapat keluar dari ruang sari, kepala sari harus terbuka. Cara terbukanya kepala sari dapat dibedakan menjadi :
      4. Dengan celah membujur (longitudinallter dehiscens), terbagi menjadi :
        1. Menghadap ke dalam (intorsum), misalnya pada bunga matahari.
        2. Menghadap ke samping (lateralier), misalnya pada Begonia.
        3. Menghadap keluar (extrorsum), misalnya pada bunga semprit (Belamcanda chinensis Leman).
        b.      Dengan celah yang  melintang (transversaliter dehiscens), misalnya pada beberapa tumbuhan suku Euphorbiaceae.
        c.       Dengan sebuah liang pada ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens), misalnya pada kentang (Solanum tuberosum L.).
        d.      Dengan kelap atau katup-katup (valvis dehiscens), misalnya pada keningar (Cinnamomun zeylanicum Breyn).
        Penghubung ruang sari (connectivum) biasanya berukuran kecil, sehingga tidak terlalu terlihat, pada penghubung ruang sari ini juga sering terdapat alat-alat tambahan. Benang sari yang tidak sempurna perkembangannya dinamakan staminodium,  karena tidak menghasilkan serbuk sari, dapat juga disebut sebagai benang sari yang mandul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll